Resume Pertemuan Ke-14
Belajar Menulis:
Konsep
Buku Non Fiksi
Oleh
Maryani
Resume Pelatihan Belajar
Menulis
Pertemuan : 14
Waktu : Pukul, 19.00 s.d. 21.00
Gelombang : 26
Narasumber : Musiin. M.Pd.
Moderator : Lely Suryani
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Bismillahirahmanirahiim
Alhamdulillah malam ini masih diberi karunia sehat
sehingga dapat mengikuti Pelatihan Belajar Menulis PGRI kelas BM 26 pertemuan
ke 14. Euforia kelulusan masih terasa, Pesta pesta pun masih digelar. Sekolah
sekolah seperti sedang hajatan. Biarlah mereka sedang mengekspresikan
kebahagiaan.
Berikut ini resume pertemuan ke-14, Materi pertemuan
kali ini adalah
Konsep Buku Non Fiksi
Melanjutkan pelatihan belajar menulis di PGRI melalui aplikasi WhatsApp group. Bersama Moderator LELY SURYANI dan Narasumber Musiin, M.Pd. 19.00 pelatihan dimulai.
Diawali salam pembuka oleh Om Jay/ DR. Wijaya Kusumah. Alhamdulillah, Puji syukur selalu kita panjatkan ke hadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa. Atas limpahan segala karuniaNya, kita bisa dipertemukan dalam keadaan sehat wal Afiat.
Sehat
jasmami dan rohani,
Jernih
pikiran dan hati,
Akan
memudahkan diri,
Dalam bertholabul ilmi
MENULISLAH
SETIAP HARI, BUKTIKAN APA YANG TERJADI.
Untuk
kelancaran pertemuan ini dibagi menjadi
4 sesi.
1. Pembukaan
2. Perkenalan
dan pemaparan materi
3. Tanya jawab
yang pertanyyaan
4. Penutup
Diawali
dengan puisi akrostik dari Nama Narasumber
MU: Mudah
bergaul dengan siapa saja
SI :
Siapapun bisa jadi teman dan kawannya.
IN : Indah hidupnya karena banyak teman
Yel
yel menulis
MENULISLAH SETIAP HARI.. BUKTIKAN APA YANG
TERJADI..
Semoga
kegiatan menulis ini menjadi berkah bagi kita semua yang sedang dalam masa
pemulihan setelah pandemi Covid-19 dan
pertemuan ini menjadi penguat iman dan imun tubuh. Semoga ilmu yang kita
peroleh malam ini bermanfaat dunia akhirat.
Narasumber
adalah alumni kelas menulis seperti halnya para peserta. Kata beliau
Di awal saya ikut kelas menulis saya juga belum memiliki blog,
saya berangkat dari nol. Saya tidak pernah bermimpi untuk bisa menulis buku,
namun ternyata kelas menulis Om Jay menjadi pembuktian bahwa TIDAK ADA YANG
TIDAK MUNGKIN. Kata Prof Rhenaldi Kasali, kalau kita berpikir secara
Opportunity Based, kita akan selalu
yakin ada pintu di tengah tembok rintangan.
Menulislah setiap hari, maka keajaiban akan datang
Narasumber
adalah alumni kelas menulis Om Jay gelombang 8 yang juga mendapat kesempatan
sekaligus tantangan menulis yang diberikan Prof. Eko.Bersembilan telah berhasil
menaklukakan tantangan menulis Prof Eko dan buku nya telah berhasil dipajang di
toko buku Gramedia secara online maupun offline. Buku karya narasumber berjudul Literasi Digital Nusantara. Meningkatkan
Daya Saing Generasi Karya kami bersembilan yang telah berhasil dipajang
di rak toko buku Gramedia.
Ada
beberapa ketakutan penulis ketika mau menulis. Ketakutan yang dirasakan ketika menulis buku adalah
sebagai berikut:
1. Takut tidak ada yang membaca.
2. Takut ssalah dalam menyampaikan
pendapat melalui tulisan.
3. Merasa karya orang lain lebih bagus.
Menulis
menjadi momok yang menakutkan karena harus menghasilkan dan harus mengeluarkan
ide,
Tetapi
dalam Kelas menulis Om Jay dan bertemu dengan banyak penulis pemula dan
pemateri hebat, salah satunya adalah Prof Eko merupakan solusi. Dan cahaya
untuk berkarya berasal dari diri sendiri. yang tadinya minder untuk menulis,
menjadi berani untuk menulis. Kegiatan menulis ternyata sangat menyenangkan.
Seperti
yang disampaikan Prof Eko,dan Bunda Sri, menulis sesuai dengan hobi, kegemaran,
kesukaan, cerita, atau sesuatu yang
dikuasai dan dicintai. Pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki
adalah bentuk buku yang ada di dalam diri kita yang belum dikeluarkanSemua memiliki buku, NAMUN buku tersebut MASIH belum
lahir.
Dan
Poynter, menulis sebuah buku yang sangat populer dan menjadi rujukan para
penulis pemula, judulnya Is There A Book Inside You? Setiap orang memiliki
pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan di dalam dirinya. Berapa ratus
purnama telah kita lalui, berapa banyak kejadian entah itu pahit atau
manis mengukir perjalanan hidup kita. Jadi, semua tergantung pada individu masing-masing
apakah mau dikeluarkan dalam bentuk buku atau tidak.
Di
era digital seperti saat ini, arus informasi begitu deras. Dalam hitungan
detik, jutaan informasi masuk melalui berbagai aplikasi yang bisa menjadi
referensi kita untuk menulis buku.Semua adalah guru dan semua adalah murid.Buku
yang kita tulis akan menjadi saksi sejarah untuk anak cucu, murid dan generasi
yang akan datang. yang akan menjadi pemantik mereka untuk menjadi lebih hebat
dari kita
Menulis
bukanlah keterampilan yang mudah. Berbagai penelitian bahasa menunjukkan di
antara empat keterampilan berbahasa, menulis adalah keterampilan yang dianggap
paling sulit. Menulis tidak semudah berbicara, semudah bergosip . Justru
tantangannya ada karena menulis sulit. Perjuangan menjadi penulis dengan
mengikuti kelas menulis, membuat resume, menghasilkan buku, maka akan lahir
CINTA MENULIS https://bit.ly/3DbBNh6
Sebelum
menulis buku, kita harus menemukan
alasan kuat mengapa ingin menjadi penulis. Kutipan terkenal dari Imam Ghazali dan Pramoedya Ananta Toer semoga
menjadi penguat mengapa kita ingin
menjadi penulis.
Caption
di ig, status di wa, tulisan di fb maupun konten di you tube membutuhkan
keterampilan menulis. Masih ingat dengan cerita Layangan Putus yang viral,
cerita tersebut berasal dari tulisan di facebook.
Keinginan
kuat ternyata mengantarkan ke hukum
tarik menarik di alam semesta ini. Hukum Tarik-Menarik dalam rahasia alam ini
mengatakan bahwa kemiripan menarik
Malam
ini kita membahas buku nonfiksi. Dalam penulisan buku nonfiksi ada 3 pola
yakni:
1.Pola
Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari
sederhana ke rumit)
Contoh: Buku
Pelajaran
2.Pola
Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses.
Contoh: Buku
Panduan
3.Pola
Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini
diterapkan pada buku-buku kumpulan
tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara)
Pola yang
pakai dalam menulis buku Literasi Digital Nusantara adalah pola ketiga yakni
Pola Klaster.
Proses
penulisan buku nonfiksi terdiri dari 5
langkah, yakni
1. Pratulis
2. Menulis Draf
3. Merevisi Draf
4. Menyunting Naskah
5. Menerbitkan
Langkah Pertama
Pratulis
1. Menentukan tema
2. Menemukan ide
3. Merencanakan jenis tulisan
4. Mengumpulkan bahan tulisan
5. Bertukar pikiran
6. Menyusun daftar
7. Meriset
8. Membuat Mind Mapping
9. Menyusun kerangka
Tema bisa
ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Tema dari buku nonfiksi adalah
parenting, pendidikan, motivasi dll.
Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide
yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal, contohnya
1. Pengalaman pribadi
2. Pengalaman orang lain
3. Berita di media massa
4. Status
Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram
5. Imajinasi
6. Mengamati lingkungan
7. Perenungan
8. Membaca buku
9. Survey
10. Wawancara
Tema
dibuku yang diangkaaat adalah
pendidikan. Ide berasal dari berita di media massa, mengamati lingkungan serta diperkuat dari
materi di Prof EKOJI Channel dengan judul Digital Mindset (The Key to Transform
Your Organization) yang tayang pada tanggal 20 Maret 2020
Referensi
berasal dari data dan fakta yang di peroleh dari literasi di internet.
Referensi
penulisan buku bisa dari sumber berikut ini.
1 .
Pengetahuan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;
2.
Keterampilan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;
3.
Pengalaman yang diperoleh sejak balita hingga saat ini ;
4. Penemuan
yang telah didapatkan.
5. Pemikiran
yang telah direnungkan
Tahap
berikutnya membuat kerangka.Kerangka ini saya ajukan ke Prof. Eko dan disetujui
untuk melanjutkan ke proses penulisan.
Berikut
ini adalah dafatr isi dari buku yang saya tulis.
1 Penggunaan
Internet Di Indonesia
A. Pembagian Generasi Pengguna Internet
B. Karakteristik Generasi Dalam
Berinternet
BAB 2 Media
Sosial
A. Media Sosial
B. UU ITE
C. Kejahatan di Media Sosial
BAB 3
Literasi Digital
A. Pengertian
B. Elemen
C. Pengembangan
D. Kerangka Literasi Digital
E. Level Kompetensi Literasi Digital
F. Manfaat
G. Penerapan Literasi Digital Pada Lintas
Geerasi
H. Kewargaan Digital
BAB 4 Ekosistem
Literasi Digital Di Nusantara
A. Keluarga
B. Sekolah
C. Masyarakat
BAB 5
Literasi Digital Untuk Membangun Digital Mindset Warganet +62
A. Perkembangan Gerakan Literasi Digital
Di Indonesia
B. Literasi Digital Tanpa Digital Mindset
Di Indonesia
C. Membangun Digital Mindset Warganet +62
:
Dalam menulis isi buku berdasarkan kerangka yang dibuat, saya mengikuti nasihat
Pak Yulius Roma Patandean di Channel beliau
(https://www.youtube.com/watch?v=eePQwyHAcjw&feature=youtu.be)
Pak
Yulius juga merupakan alumni gelombang 8 dan saya yakin beliau juga akan
memberikan materi kepada Bapak Ibu.
Langkah beliau sangat mujarab untuk menulis sebuah buku. Dengan
mengikuti langkah beliau, tulisan kita menjadi rapi dan tertata sejak awal.
Daftar isi, kutipan, indeks dan daftar pustaka tertata secara otomatis: Untuk
menulis buku, kita memakai anatomi buku. Anatomi buku ini sangat penting jika
ingin mengikuti ujian sertifikat penulis.
Anotomi Buku
1. Halaman Judul
2. Halaman Persembahan (OPSIONAL)
3. Halaman Daftar Isi
4. Halaman Kata Pengantar (OPSIONAL, minta
kepada tokoh yang berpengaruh)
5. Halaman Prakata
6. Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL)
7. Bagian /Bab
8. Halaman Lampiran (OPSIONAL)
9. Halaman Glosarium
10. Halaman Daftar Pustaka
11. Halaman Indeks
12. Halaman Tentang Penulis
Langkah
kedua
Menulis Draf
1. Menuangkan konsep tulisan ke tulisan
dengan prinsip bebas
2. Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi
lebih pada bagaimana ide dituliskan
Langkah
ketiga
Merevisi
Draf
1. Merevisi sistematika/struktur tulisan
dan penyajian
2. Memeriksa gambaran besar dari naskah.
Langkah
keempat
Menyunting
naskah (KBBI dan PUEBI)
1. Ejaan
2. Tata bahasa
3. Diksi
4. Data dan fakta
5. Legalitas dan norma
Hambatan-hambatan
dalam menulis
1. Hambatan waktu
2. Hambatan kreativitas
3. Hambatan teknis
4. Hambatan tujuan
5. Hambatan psikologis
Demikian
sharing pengalaman dari saya. Semoga ilmu yang sedikit ini bisa membantu Bapak
Ibu menaklukkan tantangan untuk menulis buku non-fiksi. https://www.youtube.com/watch?v=Yb1AvQceEAw
Sebagai
organisasi kemasyarakatan, kita bisa mengirimkan proposal ke lembaga-lembaga
dalam negeri maupun luar negeri.Proposal yang kita kirim akan diverifikasi dan
lembaga kita akan dikunjungi. Go internasional..
Tetaplah
setia dengan pilihan dan terus berbuat baik. Tetaplah terus menulis, menulis
dan menulis. Semoga tulisan kita menjadi inspirasi orang lain.
Berikutnya adalah Tanya jawab. Berikut ramkungannya.
1. Faktual tidak berkaitan dengan momen, namun lebih ke isi. Sedangkan aktual mengacu ke sesuatu yang sedang dibahas atau dibicarakan. Faktual bisa aktual, sedangkan aktual belum tentu faktual.
2.Faktual tidak berkaitan dengan momen, namun lebih ke isi. Sedangkan aktual mengacu ke sesuatu yang sedang dibahas atau dibicarakan. Faktual bisa aktual, sedangkan aktual belum tentu faktual.
3. Sesuatu yang berdasarkan fakta bisa bersifat kekinian, sedangkan berita kekinian belum tentu itu Subhanallah, super kreatif Bu In. Ketakutan adalah dicap plagiat. Walaupun sudah melampirkan foto dan hasil penelitian. Bagaimana meyakinkan orang bahwa yg saya tulis merupakan hal baru.
4.Untuk meyakinkan orang bahwa tulisan kita bukan hasil dari plagiarisme dengan mencantumkan sumber dari data, pendapat atau gambar yang kita ambil untuk tulisan Untuk saat ini ada alat berbasis web yang dapat mendeteksi level plagiarisme. Alat ini bisa dipakai sebelum kita meng-upload tulisan kita: Esai yang kita kirimkan jika kita mengikuti lomba, filter pertama pasti plagiarisme checkerUntuk itu kita harus pandai mengolah kata dari ide yang kita ambil. Jika kita hanya copy paste tanpa mencantumkan sumber, tentu dianggap sebagai plagiat
5. Kita bisa menggunakan model teks apapun sepanjang itu sesuai dengan tujuan tulisan kita, misalkan kita menulis jenis buku motivasi. Untuk meyakinkan pembaca kita bisa menggunakan teks persuasi atau teks narasi ketika kita memberi cerita untuk memperkuat motivasi kita. Untuk buku teks pelajaran, model teks yang kita gunakan adalah eksplanasi dan deskriptif.Nonfiksi murni ditulis berdasarkan data-data otentik atau berdasarkan penelitian dan mempunyai daya pendukung yang jelas. Nonfiksi kreatif berasal dari sumber otentik namun kemudian dikembangkan oleh penulis. Memoar juga dikategorikan nonfiksi kreatif.
6.Untuk tahapan atau langkah-langkah penulisan sama, baik itu awal, isi dan penutup. Semua pasti dari menentukan tema. Untuk anatomi buku, silakan melihat kembali mater. Anatomi tersebut akan dilihat jika mengikuti uji sertifikasi penulis.Untuk urutan bab, sub bab harus disesuaikan dengan tema. Untuk itu sebelum menulis, kita harus membuat kerangka berdasarkan tema kita
7.Definisi memoar adalah bentuk nonfiksi kreatif di mana penulis menceritakan pengalaman dari hidupnya dan biasanya berbentuk narasi. Buku memoar biasanya bisa memberi inspirasi pembaca. Laskar Pelangi adalah kisah 10 bocah, dari sudut pandang Andrea Hirata.
8. 8.Ada kutipan
yang menarik bahwa Memoar dapat menjadi obat berdamai dengan masa lalu.
Clossing Statemen
Tiap
kesempatan yang diambil adalah sebuah kesempatan untuk menang.
Kesempatan
yang kecil seringkali merupakan permulaan kepada usaha yang besar
Semua usaha
untuk menjadi besar dimulai dari yang
kecil dahulu.
Daun salam
segar baunya,
Sedap nian
biji selasih,
Selamat
malam semuanya,
Cukup sekian
terimakasih.
Terimakasih
kepada narasumber yang memberi banyak ilmu dan moderator yang mengantar kami
untuk belajar. Serta terimakasih kepada
Om Jay dan tim yang telah memfasilitasi untuk belajar menulis.
Salam Literasi
Kebumen, 17
Juni 2022
Maryani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar